TRIBUNNEWSWIKI.COM - Algojo ISIS ini mengaku telah memenggal lebih dari 100 kepala manusia, per kepala dibayar Rp 172 juta.
ISIS lagi-lagi menjadi pembicaraan lantaran adanya perdebatan tentang rencananya pemulangan WNI yang terpapar gerakan radikal tersebut.
Hingga kini memang gerakan radikal ISIS masih tetap eksis di Timur Tengah.
Gerakan tersebut dianggap begitu radikal karena sering melakukan aksi pembunuhan dan pembantaian.
Salah satunya buktinya adalah sebuah video yang menggambarkan pemenggalan kepala oleh kelompok ISIS tersebut.
Dalam suatu kesempatan ternyata sosok pemenggal kepala ISIS tersebut membuat sebuah pengakuan.
Dilansir oleh Dailystar, dia adalah pejuang ISIS kelahiran Belgia, Anouar Haddouchi, dijuluki 'algojo Raqqa'.
Julukan tersebut didapatkannya karena telah memotong lebih dari 100 kepala manusia.
Selama melakukan pemenggalan dia mengaku telah mendapatkan komisi hingga 10.000 poundsterling atau sekitar Rp172 juta per kepala.
Menurut keterangan Het Laatste Nieuws, Haddouchi ditangkap ketika bersama istrinya Julie Maes oleh pasukan milisi Kurdi di Suriah.
Pasangan itu ditangkap, setelah pertempuran untuk kubu ISIS terakhir di Baghouz.
Het Laastste mengatakan belum diketahui apakah Haddouchi akan diadili di Suriah, Belgia, atau Prancis karena diduga terlibat dalam serangan di Brussels dan Prancis.
Jika kemungkinan diadili di Irak, tersangka mungkin akan mendapatkan hukuman mati.
Pria 35 tahun itu, berbasis di Birmingham Inggris sampai 4 tahun sebelum pindah ke Suriah dan berperan sebagai algojo ISIS.
Selama kariernya sebagai algojo dia mengaku telah memenggal lebih dari 100 kepala di alun-alun pasar pusat kota di Raqqa.
Menurut BBC, Haddouchi dan istrinya bergabung dengan ISIS pada September 2014.
Setelah mereka meninggalkan Birmingham, pasangan itu meninggalkan kredit pajak di perumahannya di Birmingham.
Rumah itu kemudian diserahkan kepada Mohamed Abrini dari Belgia-Maroko.
Abrini sendiri juga salah satu kelompok teror yang terlibat dalam serangan Paris 2015 yang menewaskan 130 orang.
Sejauh ini, algojo Haddouchi telah dipenjara selama tiga tahun karena membantu aksi terorisme.
Haddouchi kemungkinan akan menghadapi dakwaan di Belgia, setelah para penyelidik mengkalim dia adalah bagian dari sel ISIS di Brussels yang merencanakan bom bunuh diri 2016 silam.
Kisah Algojo Pemenggal Kepala dari Arab Saudi
Hampir sama dengan Algojo ISIS beginilah kesaksian lagi dari algojo pemenggal kepala dari Arab Saudi.
Gaji yang layak, jam kerja yang fleksibel, dan paket tunjangan terbaik. Itulah yang diterima oleh seorang eksekutor negara di Arab Saudi.
Seorang pria bernama Muhammad Saad Al-Beshi, seorang algojo bagikan kisahnya kepada The Guardian pada 2003 silam.
Kisahnya berawal pada tahun 1998, ketika itu Al-Beshi mendapatkan pekerjaan pertamanya di Jeddah.
"Penjahat itu diikat dan ditutup matanya. Dengan satu pukulan pedang aku memutuskan kepalanya," begitulah Al-Beshi menceritakan pengalaman pertamanya.
"Tentu saja aku gugup, memang ada banyak orang yang menonton tetapi sekarang demam panggung hanyalah sesuatu dari masa lalu," sambungnya.
Dia mengatakan bahwa dia tenang di tempat kerjanya, dan melakukan pekerjaan Tuhan.
"Aku tidak tahu mengapa mereka datang dan menonton, jika mereka tidak memiliki keinginan untuk itu, apa mereka pikir orang takut padanya?" kata Al-Beshi.
"Di negara ini kita memiliki masyarakat, yang mengerti hukum Tuhan," tambahnya.
"Tidak ada yang takut padaku, aku punya banyak kerabat dan banyak teman di masjid, dan aku menjalani kehidupan yang normal sama seperti orang lain," imbuhnya.
Sebelum eksekusi, tidak kurang dari itu bahkan ia akan mengunjungi keluarga korban, penjahat untuk mendapatkan ampunan bagi pria yang akan dieksekusi.